Minggu, 28 Agustus 2022

Jejak Diri dalam Belajar Menulis @27 bagian ke-2

Pesona Sang Ratu Antologi
*Gambar diambil dari Salindia/PPT Bu Kanjeng*

Perjalanan kelas menulis pun berlanjut. Saya dipertemukan dengan seorang moderator dan narasumber yang hebat. Seperti terhipnotis, saya ikuti kelas tanpa terlewat. 
Sang moderator, Pak Dail Ma'ruf membuka kelas dengan mengajak semua peserta berdoa. Beliau pun membagikan pengalamannya mengikuti kelas belajar menulis yang telah beliau ikuti di gelombang ke-20. Beliau bisa menghasilkan beberapa buku solo dan antologi. Kata beliau ternyata benar bahwa "MAN JADDA WA JADDA", Siapapun yang bersungguh-sungguh, pasti akan berhasil, apapun itu. Suatu kalimat yang memotivasi saya untuk meneruskan proses belajar ini dan semakin penasaran dengan materi dari narasumber. 

Narasumber kelas menulis ini, bernama asli Sri Sugiastuti. Beliau biasa dipanggil Bu Kanjeng dari Solo. Ternyata beliau ini yang waktu mengajak peserta bersyukur di awal kelas Om Jay di hari pertama. Tidak menyangka ternyata beliau akan menjadi narasumber juga. 

Beliau mengawali kelas dengan mengajak para peserta untuk mengunjungi tautan blog pribadinya. Sebuah pemanasan sebelum kita mulai kelas yang hebat ini. Kelas ini memang hebat, dibuka dengan sebuah contoh tulisan dalam blog berisi pengalaman beliau ketika healing. Setelah membacanya saya jadi memikirkan bahwa suatu hari akan melakukan hal yang sama. Jika saya melakukan suatu perjalanan seperti beliau, bisa dijadikan bahan untuk menulis. Padahal materi belum diberikan, tapi sungguh dasar ilmunya sudah tersampaikan. Intinya berani memulai, apapun yang kita kerjakan dan lakukan, bisa kita jadikan sebuah tulisan. Semakin semangat mengikuti kelas. 

Setelah selesai mengunjungi blog narasumber, kami diberikan sebuah Salindia/PPT menarik tentang "Writing is My Passion". 
Dalam kegiatan Menulis tentunya di samping memberikan tawaran yang menjanjikan, karena menjadi salah satu pekerjaan yang dihormati. Ada beberapa kendala dan hambatan yang dihadapi. Berikut saya kutip dari Salindia/PPT narasumber, sebagai berikut. 
1. Merasa Tidak Bakat Menulis
Benar sekali, tidak jarang karena merasa dirinya tidak mempunyai bakat untuk menulis. Akhirnya memilih untuk mundur tidak jadi menulis. Begitu pun awal perjalanan menulis saya. Sempat tidak merasa punya bakat. Namun atas dasar coba-coba, saya pun mulai memaksakan untuk menulis. Yuk coba, kalian juga pasti bisa. 
2. Tidak Memiliki Waktu
Dalam hal ini, bila dikaitkan dengan sedikit pengalaman yang saya alami, sebenarnya bukan tidak memiliki waktu. Akan tetapi malas untuk memulai saja. Kalau berusaha dipaksakan, kita bisa mulai menulis. 
3. Tidak Memiliki Ide
Adanya ide memang seringkali dijadikan alasan untuk tidak menulis. Sulitnya mendapatkan ide dan takut hasilnya jelek, jadi salah satu penghambat tulisan tidak selesai. Diri ini pun sering merasa tidak memiliki ide. Namun akhirnya mendapatkan sedikit pencerahan, setelah mengikuti pelatihan belajar menulis gelombang 27 ini. 
4.Tidak Mau Dikritik
Penulis yang tidak mau dikritik, tentunya akan menjadi salah satu hambatan. Sebuah tulisan itu membutuhkan pendapat dari pembacanya. Seorang penulis harus mau dikritik sehingga tulisannya bisa berkembang. Bu Kanjeng pun mengatakan solusinya yaitu "Jangan baper dan minder" Mungkin itu dimaksudkan ketika kita mendapatkan kritikan dari orang lain. 
5. Tidak Suka Menulis
Rasa tidak suka akan menulis menjadi hambatan utama. Karena mana mungkin bisa mulai menulis, sedangkan kegiatan itu tidak disukai. 
Bu Kanjeng pun menyampaikan dari awal, bahwa dalam menulis ada beberapa hal yang bisa kita lakukan. Solusi atas hambatan dalam menulis sebagai berikut. 
Pertama, ubah dulu mindset
Kedua, siapkan waktu untuk menulis
Ketiga, jangan baper atau minder. 
Keempat, perbanyak membaca. 
Kelima, bangun komunitas literasi. 

Pesan dari Bu Kanjeng, jangan pernah takut menulis. Apalagi berpikir negatif bahwa menulis itu bakat. Itu salah besar. Percayalah bahwa setiap orang yang lahir ke dunia adalah pemenang. Mereka memiliki potensi dari Allah yang siap dikembangkan. Jangan pernah merasa tidak percaya diri. 

Sebagai penutup, beliau pun memberikan kalimat bermakna yang sangat bermakna. 
"Menulis itu Harus Sabar."
Tulislah semampu kita terlebih dahulu. Jangan berpikir harus sempurna, dan jangan terlalu idealis. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar