Senin, 12 September 2022

Resume ke-10 Belajar Menulis @27

Resume ke-10
Gelombang 27
Tanggal : 12 September 2022
Tema : Kiat Menulis Cerita Fiksi
Narasumber : Sudomo, S.Pt.
Moderator : Sigid Purwo Nugroho

Penyampaian materi ini dimulai dengan menyimak video Materi "Menulis Cerita Fiksi itu Mudah". Berikut ini tautannya https://youtu.be/dXX9RWxT_u8
Dalam video tersebut memaparkan materi tentang Menulis Cerita Fiksi. Adapun bahan yang bisa didiskusikan sebagai berikut. 
1. Alasan harus belajar menulis cerita fiksi
2. Syarat-syarat menulis cerita fiksi
3. Bentuk-bentuk cerita fiksi
4. Unsur Pembangun cerita fiksi
5. Kiat menulis cerita fiksi

Sebuah kalimat motivasi dari Maya Angelou mengatakan bahwa "Tak ada penderitaan lebih berat daripada memendam cerita di dalam hati"

Kalimat tersebut seperti memberikan pesan, supaya terhindar dari penderitaan, kita harus mengungkapkan cerita terpendam. Cerita itu bisa disampaikan melalui menulis. 

Berikut ini Alasan harus belajar menulis cerita fiksi
1. Menjadi salah satu aspek yang dinilai dalam Asesmen Kompetensi Minimum (AKM). 
Menulis cerita fiksi ini menjadi bagian dari Literasi Teks Fiksi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki oleh siswa di bidang literasinya. 

2. Salah satu cara menemukan passion dalam bidang kepenulisan. 
Melalui menulis fiksi, seseorang dapat mengetahui alternatif/bahan untuk tulisannya. Begitu pun dengan gayanya dalam menulis. 

3. Salah satu upaya menyembunyikan dan menyembuhkan diri. 
Menulis fiksi juga bisa digunakan sebagai media dalam menyembunyikan dirinya dalam sebuah karya tulis berupa rekaan yang diambil dari kisah hidupnya. Kegiatan menulis fiksi ini dapat menjadi proses penyembuhan diri dari masalah yang sedang dialami. 

4. Salah satu jalan mengeksplorasi kemampuan menulis. 
Kalian dapat mengekspresikan dirinya melalui menulis fiksi. Melalui kegiatan ini pula, kalian dapat mencoba segala hal terutama dalam meningkatkan kemampuan menulis. 

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam menulis cerita fiksi yaitu:
1. Komitmen dan Niat yang kuat
Dalam menulis cerita fiksi harus berusaha untuk mempelajari dan menyelesaikan sesuatu yang sudah dimulai. 
2. Kemauan dan kemampuan riset
Riset/penelitian ini diperlukan dalam cerita fiksi, yaitu untuk mendukung alur cerita yang telah dibuat. Penelitian ini tidak harus serius, cukup mencari informasi yang terjadi di lapangan (literatur). 
3. Banyak membaca cerita fiksi
Sebelum menulis cerita fiksi, melalui kegiatan membaca, kita dapat memperoleh gambaran teknik penulisan, gaya bahasa bahkan menambah kosakata. 
4. Mempelajari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) 
Kegiatan ini dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan diri ketika swasunting setelah selesai menulis cerita fiksi. 
5.Memahami dasar-dasar menulis cerita fiksi
Apabila kalian sudah memiliki dasar menulis yang kuat, akan memudahkan dalam membiasakan diri menulis cerita fiksi. 
6. Menjaga konsistensi menulis
 Konsistensi yang dijaga akan membuat kalian menemukan gaya penulisan sendiri. 

Narasumber, Sudomo, S.Pt. menyampaikan dalam salindianya. Ada beberapa bentuk cerita fiksi yang bisa menjadi alternatif tulisan kalian sebagai berikut. 
1. Fiksimini
Beberapa kata yang menggambarkan satu cerita utuh. 
2. Flash fiction
Jumlah kata khusus,  misalnya 50 kata, 100 kata, dll. 
3. Pentigraf
Cerita pendek tiga paragraf
4. Cerpen
Cerita yang terdiri dari <7500 kata
5. Novelet
Jumlah kata mulai 7500 s.d. 17.500 kata
6. Novela
Jumlah kata antara 17.500 s.d. 40.000 kata
7. Novel
Jumlah kata lebih banyak dari 40.000 kata

Setelah mengetahui bentuk cerita fiksi, kita dihadapkan pada cara menulis sebuah cerita fiksi. Namun sebelum menulis, kalian harus mengetahui unsur-unsur pembangun cerita fiksi berikut ini. 
1. Tema (Ide Pokok Cerita) 
Dalam menentukan tema, kalian harus menyesuaikan minat, kehidupan bahkan perasaan yang dialami penulis. 
2. Premis
Ringkasan cerita dalam satu kalimat. Unsur-unsur premis yaitu: karakter, tujuan tokoh, rintangan/halangan dan resolusi. 
Ketika membuat premis, kalian bisa menuliskan masing-masing unsur premis, kemudian rangkailah menjadi sebuah kalimat utuh. 
3. Alur/Plot
Rangkaian kejadian dalam cerita. Alur itu bisa maju, mundur, campuran, flashback dan/atau kronologis. Unsur-unsur alur yaitu pengenalanpengenalan cerita, awak konflik, menuju konflik, konflik memuncak/klimaks,  penyelesaian/ending.
4. Penokohan
Penjelasan tentang karakter dalam cerita.
Macam-macam tokoh itu ada protagonis, antagonis dan tritagonis. 
5. Latar/Setting
Penggambaran waktu, tempat dan suasana dalam cerita. 
6. Sudut Pandang
Cara penulis menempatkan dirinya terhadap cerita yang dituliskan. 

Kalimat motivasi dari Neil Gaiman yang dikutip narasumber dalam salindianya berikut ini. 
"Kamu mendapatkan ide dari mengkhayal. Kamu mendapatkan ide dari rasa bosan. Kamu mendapatkan ide setiap saat. Perbedaan penulis dengan orang biasa sadar saat kita melakukannya."

Pak Sudomo pun menyampaikan salah satu alasan asyiknya menulis fiksi yaitu tidak menghambat imajinasi. Imajinasi tidak terbatas. (Sependapat dengan sang moderator, Pak Sigid) 

Di sesi Ruang Kolaborasi, kita diminta oleh narasumber untuk melanjutkan kalimat pembuka berikut ini. 
---
"Aku tidak mau!"

Terdengar suara memecah gelapnya malam. Sesaat setelahnya menghilang. Hanya angin memenuhi pekat malam. Sepertinya aku mengenali suara itu. Itu adalah suara kakakku yang terlihat pergi meninggalkan Ayah dan Ibu di ruang keluarga. 
Ternyata kakak menolak untuk dijodohkan. Dia tidak ingin menikah dengan orang yang tidak dia sukai. Dia telah memiliki laki-laki pilihannya tanpa diketahui oleh orangtua kami. Tapi dia takut untuk mengungkapkan jati diri orang yang disukainya itu. Karena laki-laki itu berasal dari keluarga terpandang. 

---

Wah, mantap sekali memikirkan kelanjutannya. Kalian juga bisa mencobanya dengan melanjutkan setelah tulisan yang dicetak tebal dan dimiringkan. 

Narasumber hebat malam ini, merangkum proses kreatif menulis berikut ini. 
1. Niat
2. Baca
3. Ide dan Genre
4. Outline
5. Menulis
6. Swasunting
7. Publikasi

Idealnya semua proses itu harus dialami. Tapi tergantung kenyamanan setiap penulis. Kalau sudah ada ide, langsung saja tuliskan. Apabila kesulitan meneruskan, cari referensi tambahan. 
Semua materi yang disampaikan saling terhubung satu sama lain. Dimulai dari alasan pentingnya menulis cerita fiksi, syarat, bentuk cerita fiksi, unsur pembangun sampai proses kreatif menulis. Jika kita dapat memahami materi tersebut. Insya Allah segala kendala pun bisa terlalui. Narasumber pun menegaskan pentingnya membuat outline atau kerangka agar tulisan lebih terarah. Begitu juga komitmen diri untuk menyelesaikan tulisan yang sedang ditulis. 


Penulis : Gina Dwi Septiani

11 komentar: